This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Teknik menghafal

MENGHAFAL
Kemampuan dan kemahiran menghafal adalah antara faktor penting yang menentukan kejayaan seseorang mahasiswa didalam peperiksaan. Antara perkara yang mempercepatkan proses penghafalan ialah:
• Kesungguhan
• Usaha yang berulang-ulang dan berterusan.
• Mengurangkan makan.
• Qiamullail.
• Selalu membaca Al-Quran
• Sentiasa berwudhuk.
Disamping itu kita hendaklah menjauhkan diri dari perkara-perkara yang boleh melemahkan ingatan dan membuatkan kita cepat lupa. Sebab utama yang menghalang kita dari mempunyai (makalah) hafalan yang kuat ialah melakukan maksiat.
Teknik menghafal

• Memilih waktu yang sesuai iaitu ketika fikiran masih segar dan tidak berkecamuk dengan apa-apa masalah.
• Menghafal dalam suasana tenang tanpa gangguan luar.Menghafal berulang-ulang kali sehingga benar-benar ingat. Sekiranya pelajaran yang dihafal itu adalah Al-Quran, pastikan anda mengulang-ulangi ayat yang dibaca sebanyak 5 kali diperingkat permulaan. Apabila semua ayat telah dibuat demikian , ulang semula hafalan dari ayat yang pertama sehingga ayat terakhir beberapa kali. Apabila anda telah ingat pelajaran yang dihafal jangan tinggalkannya dalam jarak yang lama kerana akan menyebabkan anda lupa semula.
• Menggunakan semua pancaindera .jangan menghafal hanya menggunakan mata dan hati semata-mata kerana ini akan membuatkan anda lambat ingat dan cepat lupa .Disamping melihat apa yang dihafal , anda hendaklah menyebut dengan lidah , mendengar apa yang disebut dan menulisnya diatas kertas secara berulang-ulang kali.
• Bukan semua teks harus dihafal. Hafallah point-point penting dari nota dan cuba mengingatinya secara gambarajah atau carta. Ini akan membuatkan anda dapat menguasai tajuk tersebut.
• Cuba cari teman untuk (berlawan hafal) .Buatlah soal jawab dengan teman tersebut kerana ini akan membantu anda mengingatinya dengan cepat dan dapat bertahan lama .

Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri”’ (”’Jalaluddin Rumi”’) atau sering pula disebut dengan nama ”’Rumi”’ adalah seorang sufi|penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berju

PENGARUH TABRIZ

Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.
Masa kecil Rumi, adalah masa pendidikan keras yang diterimanya. Ia tumbuh menjadi seorang lelaki yang kaku, selain Qur’an, hadits, fiqh, tafsir dan filsafat ia tak mau mempelajarinya. Sampai kemudian ia bertemu dengan seorang yang merubah hidupnya. Syamsi Tabriz, seorang sufi yang dengan tenang pernah membuang buku-buku filsafat Rumi ke dalam sumur. “Buku ini sangat rumit dan sulit dipahami,” katanya sambil melempar buku-buku tebal Rumi ke dasar sumur.

Kontan saja, Rumi marah besar dibuatnya dan mengatakan betapa besar kerugian akan peristiwa itu. Tapi Syamsi, masih tenang. Tak banyak bicara ia menarik keluar buku-buku Rumi. Ajaib, semuanya utuh tak basah meski hanya selembar saja. Peristiwa itulah yang membuat Rumi memohon untuk menjadi murid Syamsi.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing –yakni Syamsi Tabriz– ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.”

Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.

Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.

Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.

Selain menulis puisi, Syamsi Tabriz, mendiang gurunya itu mengenalkan pula kepada Rumi tarian religi yang biasa di sebut Sama’. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para darwis, orang-orang yang mempelajari ajaran sufi. Kebanyakan di antara mereka adalah laki-laki.

Tarian ini melambangkan kebebasan manusia untuk bertemu Tuhannya. Para penari memakai baju putih dengan bagian bawah yang lebar, seperti rok panjang. Asesoris lain adalah turbus sewarna yang menjulang di atas kepala. Mereka berputar, pertama membaca al Fatiha, kian lama kian cepat putaran mereka. Kemudian hanya kalimat Allah, Allah, Allah saja yang terdengar nyaris seperti dengungan lebah.

Kini, meski bukan Rumi yang melakukan tarian ini untuk pertama kali, tapi Sama’ nyaris identik dengan Rumi. Jalaludin Rumi, dalam pengasingan dirinya menuangkan puisi-puisi jiwayang lahir dari hubungan saat beribadah. Tak heran jika membaca puisi Rumi, seakan menemukan kesejukan tersendiri karena puisinya lahir dari dasar hati.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

== Karya ==

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama [al-Matsnawi al-Maknawi] konon adalah sebuah revolusi terhadap [[Ilmu Kalam]] yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio.
Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa [[Tuhan]], sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.

Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide.

Banyak dijumpai berbagai kisah dalam satu puisi Rumi yang tampaknya berlainan namun nyatanya memiliki kesejajaran makna simbolik. Beberapa tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dalam maksud kesejarahan, namun ia menampilkannya sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal [[Yusuf]], [[Musa]], [[Yakub]], [[Isa]] dan lain-lain ia tampilkan sebagai lambang dari keindahan jiwa yang mencapai [[ma'rifat]]. Dan memang tokoh-tokoh tersebut terkenal sebagai pribadi yang diliputi oleh cinta Ilahi.

Karya utama Jalaluddin Rumi, yang secara umum dianggap sebagai salah satu buku luar biasa di dunia, adalah Matsnawi-i-Ma’anawi (Couplets of Inner Meaning). Percakapan informalnya (Fihi ma Fihi), surat-surat (Maktubat), Diwan dan hagiografi Manaqib al-Arifin, semuanya mengandung bagian-bagian penting dari ajaran-ajarannya.

Pilihan-pilihan berikut ini, diambil dari semua sumber tersebut, bertema meditasi yang dapat diambil sebagai aforisme dan deklarasi dogma, atau sepotong nasihat guru. Penggunaan kata-kata Sufistik mereka, berlangsung terus. Ar-Rumi, seperti penulis Sufi lain, menanamkan ajarannya dalam sebuah kerangka yang secara efektif menjabarkan makna batiniah sebagaimana sebuah pertunjukan atau pameran. Teknik ini bermanfaat melindungi mereka yang tidak mampu menggunakan materi pada level eksperimen yang lebih tinggi; membiarkan mereka yang menginginkan puisi, untuk memilih puisi; memberi hiburan kepada orang-orang yang menginginkan cerita; mendorong kaum intelektual yang menghargai pengalaman-pengalaman tersebut.

Salah satu pernyataan kalimat-kalimatnya yang terkenal adalah judul dari pembicaraan-ringannya: “Yang ada di dalam ada di dalam” (“Engkau mengeluarkan apa yang ada di dalam untuk dirimu”).

Ar-Rumi memiliki kegelisahan Sufistik yang luar biasa dalam kesusastraan dan puisi, melebihi pujangga di zamannya, dan terus menerus menegaskan bahwa pencapaian tersebut adalah sebagian kecil dibandingkan dengan kesufian.
SEBERAPA JAUH ENGKAU DATANG!
Sesungguhnya, engkau adalah tanah liat. Dari bentukan mineral, kau menjadi sayur-sayuran. Dari sayuran, kau menjadi binatang, dan dari binatang ke manusia. Selama periode ini, manusia tidak tahu ke mana ia telah pergi, tetapi ia telah ditentukan menempuh perjalanan panjang. Dan engkau harus pergi melintasi ratusan dunia yang berbeda.
JALAN
Jalan sudah ditandai.
Jika menyimpang darinya, kau akan binasa.
Jika mencoba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan setan.

EMPAT LAKI-LAKI DAN PENERJEMAH
Empat orang diberi sekeping uang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, “Aku akan membeli anggur.”
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, “Tidak, karena aku ingin inab.”
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, “Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.”
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, “Aku ingin stafil.”

Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.

Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, “Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.”

Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur.
AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU
Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku …

BURUNG HANTU DAN ELANG RAJA
Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung hantu menakutkannya, si elang berkata, “Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi tempatku ada di pergelangan tangan raja.” Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, “Jangan percaya kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita.”
DIMENSI LAIN
Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus –
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.

MANFAAT PENGALAMAN
Kebenaran yang agung ada pada kita
Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
Menjadi nyata.

KESADARAN
Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk menyadarkan. Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan kesadaran mungkin baik baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung siapa yang melakukannya. Jika si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi, maka akan meningkatkan keadaan orang lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran orang lain.

DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN
Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna …
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.

MEREKA YANG TAHU, TIDAK DAPAT BICARA
Kapan pun Rahasia Pemahaman diajarkan kepada semua orang
Bibir-Nya dijahit melawan pembicaraan tentang Kesadaran.

JOHA DAN KEMATIAN
Seorang anak laki-laki menangis dan berteriak di belakang jenazah ayahnya, ia berkata, “Ayah! Mereka membawamu ke tempat di mana tidak ada pelindung lantai. Di sana tidak ada cahaya, tidak ada makanan; tidak ada pintu maupun bantuan tetangga…”
Joha, diperingatkan karena penjelasan tampaknya mencukupi, berteriak kepada ayahnya sendiri:
“Orangtua yang dihormati oleh Allah, mereka diambil ke rumah kami!”

KECERDASAN DAN PEMAHAMAN SEJATI
Kecerdasan adalah bayangan dari Kebenaran obyektif
Bagaimana bayangan dapat bersaing dengan cahaya matahari?
REALITAS SEJATI
Di sini, tidak ada bukti akademis di dunia;
Karena tersembunyi, dan tersembunyi, dan tersembunyi.

JIWA MANUSIA
Pergilah lebih tinggi — Lihatlah Jiwa Manusia!
PELEPASAN MENIMBULKAN PEMAHAMAN
Wahai Hati! Sampai dalam penjara muslihat,
kau dapat melihat perbedaan antara Ini dan Itu,
Karena pelepasan seketika dari Sumber Tirani;
bertahan di luar

KAU DAN AKU
Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku;
Dalam dua bentuk dan dua wajah — dengan satu jiwa,
Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
Bintang-bintang Surga keluar memandang kita –
Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
Kau dan Aku, dengan tiada ‘Kau’ atau ‘Aku’,
akan menjadi satu melalui rasa kita;
Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita –
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini …
Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan –
Kau dan Aku.

DUA ALANG-ALANG
Dua alang-alang minum dari satu sungai.
Satunya palsu, lainnya tebu.

AKAN JADI APA DIRIKU?
Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat –
Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.

RASUL
Rasul adalah mabuk tanpa anggur:
Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
Rasul adalah terpesona, takjub:
Rasul adalah tidak makan maupun tidur
Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
Rasul adalah bukan dari api dan air.
Rasul adalah laut tanpa pantai:
Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
Karena Rasul apakah ada ‘dosa’ atau ‘kebaikan’?
Rasul berangkat dari Ketiadaan:
Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
Carilah, dan temukan – Rasul!

KEBENARAN
Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:
“Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
Tidak di bumi, langit atau singgasana.
Ini kepastian, wahai kekasih:
Aku tersembunyi di kalbu orang yang beriman.
Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini.”

ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan akan Kebenaran lenyap dalam pengetahuan Sufi. Kapan manusia akan memahami ucapan ini?
DEBU DI ATAS CERMIN
Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa, karena kita berada di bawah debu.
TINDAKAN DAN KATA-KATA
Aku memberi orang-orang
apa yang mereka inginkan.
Aku membawakan sajak karena mereka
menyukainya sebagai hiburan.
Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
Sudah lama aku mencari orang yang
menginginkan tindakan, tetapi
mereka semua ingin kata-kata.
Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian;
tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.
Maka aku hadirkan padamu — kata-kata.
Ketidakpedulian yang bodoh
akhirnya membahayakan,
Bagaimanapun hatinya satu denganmu.

KERJA
Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.
Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

RUMAH
Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk, yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, “Ini sudah takdir Tuhan.”
Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.
BURUNG HANTU
Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.
Burung hantu tidak dimasukkan sangkar

UPAYA
Ikat dua burung bersama.
Mereka tidak akan dapat terbang,
kendati mereka tahu memiliki empat sayap.

PENCARIAN
Carilah mutiara, saudaraku, di dalam tempurung;
Dan carilah keahlian diantara manusia di dunia.

TUGAS INI

Kau mempunyai tugas untuk dijalankan. Lakukan yang lainnya, lakukan sejumlah kegiatan, isilah waktumu secara penuh, dan jika kau tidak menjalankan tugas ini, seluruh waktumu akan sia-sia.
KOMUNITAS CINTA

Komunitas Cinta tersembunyi diantara orang banyak;
Seperti orang baik dikelilingi orang jahat.

SEBUAH BUKU

Tujuan sebuah buku mungkin sebagai petunjuk. Namun kau dapat juga menggunakannya sebagai bantal; Kendati sasarannya adalah memberi pengetahuan, petunjuk, keuntungan.
Ia berkata, “Siapa itu berada di pintu?”
Aku berkata, “Hamba sahaya Paduka.”
Ia berkata, “Kenapa kau ke mari?”
Aku berkata, “Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti.”
Ia berkata, “Berapa lama kau bisa bertahan?”
Aku berkata, “Sampai ada panggilan.”
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, “Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan.”
Aku berkata, “Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku.”
Ia berkata, “Saksi tidak sah, matamu juling.”
Aku berkata, “Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa.”

Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia, Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah –kedalaman makna dan keindahan bahasa– yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum maupun sesudahnya.

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah –sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.

Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya.”

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.

WAFAT

Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan, “Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit.”

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.
TULISAN DI BATU NISAN JALALUDDIN AR-RUMI

Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.

Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

“Kepada Nya, kita semua akan kembali”

Apa Yang mesti Ku lakukan
Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia in ataupun dari akhirat, bukan dari Sorga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu” dan “Ya man Hu”
Aku mabok oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabok gila-gilaan
Kalau sekali saja aku semenit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabok dan gila-gilaan.

Wanita Diciptakan dari Tulang Rusuk?

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ … -وَفِي رِوَايَةٍ- الْمَرْأََةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri)1, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Apakah memang wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki ataukah hanya penyerupaan sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang kedua?
Jawab:
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta` yang saat itu diketuai Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu menjawab, “Zahir hadits menunjukkan bahwa wanita –dan yang dimaukan di sini adalah Hawa w– diciptakan dari tulang rusuk Adam. Pengertian seperti ini tidaklah menyelisihi hadits lain yang menyebutkan penyerupaan wanita dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh faedah dari hadits yang ada bahwa wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia bengkok seperti tulang rusuk karena memang ia berasal dari tulang rusuk. Maknanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maka tidak bisa disangkal kebengkokannya. Apabila seorang suami ingin meluruskannya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya niscaya akan mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan. Ini berarti memecahkannya2. Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri yang buruk, kelemahan akalnya dan semisalnya dari kebengkokan yang ada padanya niscaya akan langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut pergaulan keduanya. Hal ini diterangkan para pensyarah hadits ini, di antaranya Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul Bari (6/368) semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka semua. Dengan ini diketahuilah bahwa mengingkari penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam tidaklah benar.” (Fatwa no. 20053, kitab Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta`, 17/10)1 Al-Qadhi rahimahullahu berkata: “Al-Istisha` adalah menerima wasiat, maka makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah aku wasiatkan kalian untuk berbuat kebaikan terhadap para istri maka terimalah wasiatku ini.” (Tuhfatul Ahwadzi)
2 Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إِنَّ الْمَرْأَةََ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا))
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”
.

Sumber:
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=716

Imam Muslim

Penghimpun dan penyusun hadits terbaik kedua setelah Imam Bukhari adalah Imam Muslim. Nama lengkapnya ialah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia juga mengarang kitab As-Sahih (terkenal dengan Sahih Muslim). Ia salah seorang ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal hingga kini. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. menurut pendapat yang sahih sebagaimana dikemukakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya `Ulama`ul-Amsar.
.

Kehidupan dan Lawatannya untuk Mencari Ilmu
.

Ia belajar hadits sejak masih dalam usia dini, yaitu mulaii tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Dalam lawatannya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk berguru hadits kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin Mansur dan Abu Mas`Abuzar; di Mesir berguru kepada `Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadits yang lain.
Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadits, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. di waktu Imam Bukhari dating ke Naisabur, Muslim sering dating kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits dalam Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalan Sahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.Wafatnya

Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun.

Guru-gurunya

Selain yang telah disebutkan di atas, Muslim masih mempunyai banyak ulama yang menjadi gurunya. Di antaranya : Usman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu Syaibah; Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid, Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa`id al-Ayli, Qutaibah bin Sa`id dan lain sebagainya.

Keahlian dalam Hadits

Apabila Imam Bukhari merupakan ulama terkemuka di bidang hadits sahih, berpengetahuan luas mengenai ilat-ilat dan seluk beluk hadits, serta tajam kritiknya, maka Imam Muslim adalah orang kedua setelah Imam Bukhari, baik dalam ilmu dan pengetahuannya maupun dalam keutamaan dan kedudukannya.
Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama ahli hadits maupun ulama lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi berketa, “Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, memperhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang dilaluinya.

Pernyataan ini tidak berarti bahwa Muslim hanyalah seorang pengekor. Sebab, ia mempunyai cirri khas dan karakteristik tersendiri dalam menyusun kitab, serta etode baru yang belum pernah diperkenalkan orang sebelumnya.

Abu Quraisy al-Hafiz menyatakan bahwa di dunia ini orang yang benar-benar ahli di bidang hadits hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Muslim (Tazkiratul Huffaz, jilid 2, hal. 150). Maksud perkataan tersebut adalah ahli-ahli hadits terkemuka yang hidup di masa Abu Quraisy, sebab ahli hadits itu cukup banyak jumlahnya.

Karya-karya Imam Muslim

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya :
Al-Jami` as-Sahih (Sahih Muslim).
Al-Musnadul Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits).
Kitabul-Asma `wal-Kuna.
Kitab al-`Ilal.
Kitabul-Aqran.
Kitabu Su`alatihi Ahmad bin Hambal.
Kitabul-Intifa` bi Uhubis-Siba`.
Kitabul-Muhadramin.
Kitabu man Laisa lahu illa Rawin Wahid.
Kitab Auladis-Sahabah.
Kitab Awhamil-Muhadditsin.

Kitab Sahih Muslim

Di antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami` as-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.

Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan, membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedeemikian rupa, maka lahirlah kitab Sahihnya.

Bukti kongkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahwa ia pernah berkata: “Aku susun kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadits.
Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadits.
Dalam pada itu, Ibn Salah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahwa jumlah hadits Sahih Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadits. Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahwa perhitungan pertama memasukkan hadits-hadits yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung hadits-hadits yang tidak disebutkan berulang.

Imam Muslim berkata di dalam Sahihnya: “Tidak setiap hadits yang sahih menurutku, aku cantumkan di sini, yakni dalam Sahihnya. Aku hanya mencantumkan hadits-hadits yang telah disepakati oleh para ulama hadits.

Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Tuhan yang diterimanya: “Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini.

Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadits yang diriwayatkan dalam Sahihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut : “Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadits daripadanya melainkan dengan alas an pula.

Imam Muslim di dalam penulisan Sahihnya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskah Sahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.

Salman al-Farisy

Nama sebenarnyam Mabih bin Budukhsyan bin Musalan bin Bahwabudhan bin Fairuz bin Sahrak al-Ashfahani. Nama panggilannya Abu Abdullah. Dan gelarnya Salman al-Khoir ‘Salman yang baik’. Beliau lebih dikenal dengan nama Salman al-Farisi (mungkin lebih mudah karena berasal dari Persia). Tanah kelahirannya kampong Ji, kota Asfahan, negeri Persia.

Menurut al-Hafidh Abu al-Qosim ibn Asakir disebutkan bahwa nama beliau Salman bin al-Islam, ayah dari Abdullah al-Farisy. Mengenai masa kecilnya beliau bercerita, “Waktu itu saya seorang pemuda Persia dari kampung Asbahan atau Asfahan (kampung ini berada antara kota Tehran dan Saeroz. Berada di tengah-tengah Iran). Kampungku bernama Jayyan dan ayahku seorang kepala kampung. Orang paling kaya dan terpandang di kampungku. Sejak kecil saya sangat tertarik dengan ciptaan Allah.

Keluarga saya penganut Majusi yaitu agama yang menyembah api dan matahari yang berkembang di Persia. Ayahku mempunyai pekarangan luas yang ditumbuhi tanaman. Jadi kesibukanku menjaga dan merawat pekarangan tu. Dunia luar tidak banyak yang aku ketahui sebab orang tuaku sangat strik dan keras.Suatu hari beliau berjalan-jalan melewati sebuah gereja umat Kristiani. Beliau sangat kaget dan kagum dengan cara ibadah mereka. Akhirnya beliau beriman kepada ajaran Kriten. Ayahnya marah hingga kemudian beliau ditahan. Tapi beliau bisa lepas dari tahanan ayahnya. Suatu hari beliau berjalan-jalan disuatu tempat. Beliau terjumpa dengan sekumpulan orang-orang Kristen. Kemudian beliau ikut pergi ke Syam bersama mereka. Sesampai disana beliau menginap di rumah seorang uskup. Uskup itu ternyata buruk perangainya dan pendusta. Uskup itu kerjanya mengumpulkan uang sedekah (hadiah ampunan dosa) untuk dirinya sendiri. Padahal uang sedekah itu harus diberikan kepada fakir miskin. Peristiwa ini dilaporkan kepada masyarakat. Setelah itu beliau tinggalkan uskup. Kemudian pindah ke uskup lain. Tak lama beliau bertemu uskup lain. Perangainya bagus. Beliau pun singgah di rumahnya untuk belajar banyak tentang agama itu. Ketika ajal mau menjemputnya, Salman diberitahu bahwa dia bukan orang yang dicari. Bahwa orang yang dicari itu ada di Mosul. Beliau pun menuju ke Mosul untuk menjumpai laki-laki yang dikehendakinya. Beliau pun berjumpa dengan uskup yang diberitahu itu. Beliau merasa senang berguru padanya. Tak lama kemudian laki-laki itu meninggal. Sebelum wafatnya beliau diberitahu bahwa nanti akan datang seorang nabi yang diutus ke bumi ini. Dan dipesan supaya ikut ajaran nabi terakhir itu. Ciri-cirinya nabi itu akan berhijrah ke bumi yang mempunyai kurma. Ciri-ciri nabi itu; tidak memakan harta sedekah dan menerima hadiah. Di antara kedua tapak tanggannya terdapat cincin kenabian. Beberapa kaum dari Arab akan melewati dirinya. Mereka bertakata; “Sesungguhnya bumi yang paling yang jernih ada pada mereka.” Salman meminta kepada mereka untuk membawa ke bumi itu dan akan memberikan sapi dan kambingnya. Mereka pun setuju. Ketika sampai di lembah al-Quro, mereka menjual Salman kepada seorang yahudi dari Bani Quraidhoh. Suatu hari dirinya mendengar kabar munculnya nabi yang ditunggu-tunggu dan akan berhijrah ke tempat ini (Madinah). Kabar ini didengar dari percakan orang yahudi yang membeli dirinya dengan laki-laki lain.

Pada suatu malam beliau datang kepada Rasulullah. Kemudian beliau memberi makanan untuk Rasulullah. “Makanan ini sedekah” kata beliau. Rasulullah pun tidak memakan sedekah tapi para sahabat yang memakannya. Kemudian datanglah dengan makan lain.”Makanan ini hadiah” kata beliau. Rasulullah pun makan sekedarnya saja, sementara sisanya dimakan para sahabat. Suatu hari beliau melihat cincin kenabian diantara kedua punggung Rasulullah. Beliau merasa yakin bahwa dia lah Rasulullah akhir zaman sebagaimana diceritakan oleh orang nasrani. Semua ciri-ciri dan sifat ada pada dia; tidak memakan sedekah, menerima hadiah dan diantara punggungnya ada cincin kenabian. Akhirnya dengan bimbingan hidayah Allah, beliau berikrar masuk Islam. Setelah itu beliau datang kepada Rasulullah untuk menceritakan kisah petualangan spritualnya.

Beliau tidak ikut dalam perang Badr dan Uhud karena terhalang oleh perbudakan. Waktu itu beliau adalah budak kepada orang Yahudi. Rasulullah pernah menasehakan kepadanya agar berjanji untuk membebaskan tuannya. Dengan bantuan para sahabat yang lain akhirnya beliau dapat membebaskan tuannya.

Untuk menjalin keakraban diantara para sahabat, Rasulullah memperkenalkan dirinya dengan Abu Darda. Beliau dikenal sebagai orang yang banyak akal dan ahli strategi perang. Pada waktu terjadi perang Khandak (parit) beliau lah yang memberi usulan untuk mengali parit. Ide ini di dapat ketika dirinya melihat peperangan yang terjadi di Persia. Idenya itu membuat kaget dan kagum bangsa Arab sebab belum pernah terjadi hal semacam itu sebelumnya. Idenya itu berhasil. Pujian datang dari para sahabat. Kaum Muhajirin berkata, “Salman adalah dari Kami.” Kaum Anshor pun berkata, “Salman adalah dari kami.” Setelah itu Rasululah memanggil mereka semua sembari berkata, “Salman adalah dari ahli bait kami.”

Mengenai pribadinya Rasulullah bersabda, “Surga itu merindukan tiga orang; Ali, Ammar dan Salman.” Suatu ketika Ali bin Abi Tholib berkata padanya, “Siapa diantara kalian yang seperi Lukman al-Hakim?Diberi ilmu yang awal (agama samawi yang lainnya) dan ilmu yang akhir (Islam). Membaca kitab yang pertama dan kitab yang terakhir. Beliaulah seorang alim yang ilmunya bagaikan laut yang tidak pernah kering.” Dari Qotadah disebutkan bahwa Firman Allah yang berbunyi; Dan orang yang mempunyai ilmu tentang kitab suci…” dimaksudkan adalah Salman dan Abdullah bin Salam.”(lihat tafsir at-Thobary).

Abu Darda, kawan dekatnya, adalah sahabat yang ahli ibadah. Suatu kali beliau melihatnya enggan untuk mendatangi istrinya dan sibuk dengan puasa dan sholat malam, Salman pun berkata, “Sesungguhnya matamu punya hak, dan juga istrimu punya hak. Silahlan kamu berpuasa, berbuka, mengerjakan sholat dan tidur.” Kemudian setelah itu beliau memberitahu Rasulullah akan hal itu. Rasulullah berkata, “Sungguh Salman seorang yang banyak ilmu.”

Pada waktu beliau menjadi amir/penguasa di Madain, beliau berjumpa dengan seorang laki-laki yang datang dari Syam. Laki-laki membawa kurma dan buah tin. Laki-laki itu menyuruh beliau untuk membawa kurma dan buah tin itu ke rumah penguasa. Laki-laki itu mengira bahwa dia adalah seorang porter/tukang bawa barang. Beliau waktu itu memang berpakian dan tidak nampak sebagai seorang penguasa. Beliau pun tidak keberatan menjalankan perintahnya. Kurma dan buah tin itu dibawanya. Sesampainya di rumahnya, laki-laki itu baru tahu kalau yang disuruh tadi adalah Salman al-Farisi, penguasa Madain. Akhirnya laki-laki itu minta maaf. Hanya saja Salman dengan tawadhuknya, membawa barang-barang itu sampai ke dalam. Selama menjabat sebagai penguasa gajih beiau kurang lebih 5000 dirham yang diambil dari Bait al-Mal. Setiap kali mengambil gajih itu beliau sedekahkan.

Selama berjuan menegakkan ajaran Islam bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 60 hadits. Setelah melakukan petualangan mencari kebenaraan dan menemukannya dalam ajaran Islam, akhirnya ajal pun tiba. Tahun 35 Hijriah beliau menghembuskan nafas terakhir di Madain masa khilafah Utsman bin ‘Affan. Waktu beliau sakit Sa’ad bin Abu Waqos menjenguknya. Tiba-tiba beliau menangis tersedu-sedu. Sa’ad bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Beliau menjawab, “Bahwa Rasulullah pernah berpesan hendaklah nasib dan urusan dunia kalian seperti bekal orang yang hendak pergi.” Adapun kamu wahai Sa’ad, hendaklah bertakwa kepada Allah jika kamu menghukumi, bersumpah dan berkeinginan.”

Mengenai umurnya para ahli sejarah masih berselisih pendapat. Satu pendapat mengatakan beliau berumur 300 tahun. Pendapat lain mengatakan 250 tahun. Ada juga mengatakan 70 tahun lebih.